Solusi Penyelesaian Krisis Ekonomi Hanya Bisa Dipecahkan Secara Militer
Solusi Penyelesaian Krisis Ekonomi Hanya Bisa Dipecahkan Secara Militer
Solusi penyelesaian krisis ekonomi global saat ini hanya bisa dipecahkan secara militer dan tidak bisa dipecahkan secara ekonomi.
Tangkapan layar diskusi Gelora Talks bertajuk Dunia dalam Ancaman Krisis Ekonomi Global, Bagaimaa Negara Dapat Bertahan? (Sakti)
Wowsiap.com - Solusi penyelesaian krisis ekonomi global saat ini hanya bisa dipecahkan secara militer dan tidak bisa dipecahkan secara ekonomi. Hal itu artinya kemungkinan terjadinya Perang Dunia (PD) III dalam waktu dekat, semakin terbuka lebar.
“Tetapi mudah-mudahan ini tidak terjadi. Kalau terjadi, saya tidak bisa membayangkan, bagaimana dampaknya,” kata Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta dalam diskusi Gelora Talks bertajuk Dunia dalam Ancaman Krisis Ekonomi Global, Bagaimaa Negara Dapat Bertahan, Rabu (22/6).
Menurutnya, dirinya sependapat dengan peringatan yang disampaikan mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Henry Alfred Kissinger. Dalam pertemuan di Forum Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) pada 22-26 Mei 2022 lalu di Davos, Jenewa, Swiss, dia menyarankan sebaiknya Ukraina segera berdamai dengan Rusia.
Baca Juga di Berita Terkini Ekonomi
“Ukraina juga harus bersedia membiarkan beberapa wilayahnya menjadi milik Rusia. Sebab, kalau perdamaian tidak dilakukan dua bulan ke depan, maka perang ini tidak akan terkontrol,” ujarnya
Anis menambakan, situasi global sekarang sangat berbahaya. Karena AS dan sekutunya menggunakan betul isu perang Rusia-Ukraina sebagai penyebab krisis ekonomi dan tingginya inflasi global.
“Padahal krisis ekonomi ini sebenarnya sudah mulai terjadi sejak 2008 lalu, hanya saja ledakannya baru terjadi sekarang. Jadi perang Rusia-Ukraina hanya menjadi trigger saja, karena persoalan geopolitikakhirnya menjadi instrumen perang,” tandasnya.
Penyebab
Isu perang Rusia-Ukraina juga digunakan betul dan ditafsirkan sebagai penyebab krisis ekonomi global, terutama inflasinya. Akibatnya, penanganan pandemi Covid-19 secara global menjadi terdisrupsi.
“Hal itu karena AS dan sekutunya, terutama Inggris, telah merelokasi anggaran Covid-19-nya untuk membantu persenjataan dan pengungsi Ukraina. Jadi tampaknya kita sudah memasuki satu fase dari situasi perang yang tadinya lokal, domestik perang Rusia-Ukraina, kini tidak mustahil menjadi perang besar,” tegasnya.
Apalagi Panglima Militer Inggris Jenderal Patrick Sanders yang baru diangkat beberapa waktu lalu, di pidato pertamanya justru mengingatkan kemungkinan terjadinya Perang Dunia III. Selain itu, Inggris harus bersiap berhadapan dengan Rusia secara langsung dalam perang terbuka di daratan.
“Peringatan keras yang disampaikan Henry Kesinger menujukkan bahwa dunia sekarang sedang memasuki situasi yang sudah tidak terkontrol. Sehingga bukan lagi persoalan perdamaian antara Rusia dan Ukraina saja dan dapat disimpulkan, bahwa penyelesaian krisis ekonomi ekonomi global tidak bisa dipecahkan lagi secara ekonomi, melainkan secara militer,” ucapnya.
Sementara itu, Anggota Komisi XI DPR Muhammad Misbakhun menilai, Indonesia tidak akan terlalu terdampak dengan ancaman inflasi tersebut. Sehingga potensi terjadinya krisis sosial (social unrest) juga minim.
“Bank Dunia dan IMF, lanjutnya, sudah terlalu sering menyebut dunia berada dalam ketidakpastian dan berpindah dari satu krisis ke krisis lainnya. Terlebih dalam beberapa tahun terakhir, dimana pandemi Covid-19 melanda serta perang antara Rusia dan Ukraina,” tuturnya.
Waspada
Namun, Managing Director Political Economic and Policy Studies Anthony Budiawan tetap meminta agar pemerintah mewaspadai kondisi ekonomi global sekarang. Dimana tingginya Inflasi dan potensi terjadinya stagflasi.
“Sekarang sudah terjadi buble ekonomic (gelombung ekonomi), jika tidak diantispasi bisa menjadi buah simalakama bagi Indonesia. Karena mau tidak mau, Indonesia harus mengikuti tindakan global. Kalau global menaikkan suku bunga, maka Indonesia juga harus menaikkan suku bunganya,” terangnya.
Namun demikian, seharusnya, kebijakan ekonomi Indonesia tidak terpengaruh kondisi keuangan global. Sehingga bisa memberikan pertumbuhan positif bagi perekonomian.
Baca Juga di Berita Terkini Nasional
“Kita harus independen. Kalau kita punya kebijakan, harus kita sterilkan dari pengaruh luar negeri agar memberikan pengaruh positif pada transaksi berjalan, seperti global money, kita isi dengan domestic financing,” jelasnya.
Sementara itu, President Director Center for Banking Crisis (CBC) Deni Daruri menambahkan, Presiden Jokowi harus berani melakukan tindakan force majeure, berani melakukan nasionalisasi aset-aset asing di Indonesia untuk menyelesaikan ancaman krisis di depan mata.
“Kalau mau ekstrim ya pemerintah harus ambil alih semua komoditas strategis dan harus dimonopoli. Ini persoalannya average cost, dengan tetapkan force majeur dan itu bisa kok. Nanti setelah kondisi normal, ya dikembalikan ke normal lagi,” paparnya.
Solusi Penyelesaian Krisis Ekonomi Hanya Bisa Dipecahkan Secara Militer
EDITOR : SA Susilo
Comments
Post a Comment